تعليم اللغة العربيّة للاطفال
ماذا نقدم للأطفال؟
يهدف أ ب ت إلى تعليم اللغة العربية للأطفال من خلال اللعب والتسلية دون إشعار
الطفل بالعملية التعليمية
ماذا عن المستوى التعليمي للبرنامج؟
المراحل الأولى من البرنامج تهدف إلى تعليم الحروف الأبجدية بأشكالها المختلفة
وطرق تشكيلها، في حين أن المراحل المتقدمة تهدف إلى تعليم أساسيات القراءة
والكتابة، مع القدرة على تكوين الجمل القصيرة.

ماذا عن لعبة البحث عن الكن؟
في كل مرحلة، يجب على الطفل أن يكمل بنجاح مجموعة من الغرف التعليمية المسلية
للوصول إلى الكنز. هناك أكثر من مئتي غرفة تعليمية، تتدرج في صعوبتها ابتداءاً من
الأحرف الأبجدية وانتهاءاً بكتابة الجمل .القصير

ماذا عن دكان الألعاب؟
خلال لعبة البحث عن الكنز، يتمكن الأطفال من جمع النقود من الغرف التعليمية. بهذه
النقود، يستطيع الأطفال شراء الألعاب المختلفة من دكان الألعاب، وقضاء وقت ممتع في
اللعب والمرح بعد الدراسة .
ماذا عن المكتبة؟
حتوي مكتبة أ ب ت على أكثر من خمسين قصة مصورة ومقروءة. القصص مصنفة تحت مستويات
مختلفة لتساعد الطفل على التدرج في

القراءة[1]. جميع القصص تحتوي على شخصية جذابة مختبئة في كل صفحة لتشجع الأطفال على
القراءة والعثور عليه Baca entri selengkapnya »

Sebenarnya semua pasal yang termaktub dalam undang-undang tentang pornografi
sudah tepat dan akurat. Hanya saja kekurangan dari pasal-pasal tersebut bukan
dari segi jenis atau tipe hukuman, melainkan dalam hal pelaksanaan, karena tidak
sedikit perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan peraturan yang tertulis
dalam undang-undang tersebut. Apalagi akhir-akhir ini orang-orang yang melanggar
adalah orang-orang yang sudah tidak asing lagi ditelinag kita, seperti artis,
actor, penyanyi bahkan pejabat pun ikut terlibat dalam kasus semacam ini. Yang
lebih menyedihkan lagi hukuman di Negara kita bias dibeli dengan uang, jadi
tidak mudah menangkap pelaku-pelaku tidak kejahatan tersebut. Karena itu,
sebagai warga Negara yang baik kita harus berusaha semampunya untuk mentaati
peraturan yang dibuat oleh pemerintah serta mencegah terjadinya
perbuatan-perbuatan yang dapat merusak akhlaq dan citra bangsa.hubunganya dengan Baca entri selengkapnya »

Bahasa Ibu dan Bahasa Sang Ibu

Bahasa ibu adalah bahasa petama yang dikuasai atau diperoleh anak. Sedangkan bahasa sang ibu adalah bahasa yang dipakai oleh orang dewasa pada waktu berbicara dengan anak yang sedang dalam proses memperoleh bahasa ibunmya.

Bahasa sang ibu mempunyai ciri-ciri khusus : (a) kalimatnya umumnya pendek-pendek, (b) nada suaranya biasanya tinggi, (c) intonasinya agak berlebihan, (d) laju ujaran agak lambat, (e) banyak redunsi (pengulangan), dan (f) banyak memakai kata sapaan. Namun ciri-ciri tersebut semakin berkurang sesuai dengan perkembangan anak.

Semua orang tidak mengira bahwa bahasa yang dipakai oleh ayah dan bahasa yang dipakai oleh ibu waktu berbicara dengan anak berbeda. Ayah umumnya berbicara lebih pendek, lebih banyak memakai kaimat imperative dan direktif, dan banyak meminta penjelasan dari anak.

Menurut Chomsky bahasa sang ibu “amburadul”. Artinya, bahasa yang kita pakai tidak selamanya apik. Akan tetapi, dari input yang tidak apik ini anak dapat menyaring sistem yang apik, tetapi menurut Gleitman dan Snow bahwa bahasa sang ibu ternyata tidak sejelek seperti yang dinyatakan Chomsky, bahkan banyak baiknya daripada amburadulnya.

  • Peran Hemisfir Kiri dan Hemisfir Kanan

Pandangan lama mengatakan bahwa ihwal kebahasaan itu ditangani oleh hemisfir kiri, dan sampai sekarang pandangan itu masih dianut orang dan banyak pula benarnya. Penelitian Wada (1949) yang memasukkan cairan ke kedua hemisfir menunjukkan bahwa bila hemisfir kiri yang ditidurkan maka terjadilah gangguan wicara.

Dari hasil operasi yang dinamakan hemispherectomy operasi di mana satu hemisfir diambil dalam rangka mencegah epilepsi, terbukti juga bahwa bila hemsfir kiri yang diambil maka kemampuan berbahasa orang itu menurun drastis. Sebaliknya, bila yang diambil hemisfir kanan, orang tersebut masih bisa berbahasa meskipun tidak sempurna. Baca entri selengkapnya »

TEORI BEHAVIORISME

Posted: Juni 7, 2011 in Uncategorized

TEORI BEHAVIORISME

BAB I

PENDAHULUAN

  1. A.     Latar Belakang Masalah

Pembelajaran adalah upaya membelajarkan siswa untuk belajar secara efektif dan efisien dengan proses interaksi dalam proses belajar mengajar antara guru dan sisiwa yang lebih ditekankan pada siswa sebagai subyek student control dengan pola kontektual teaching dan learning (CTL)

Dalam proses pembelajaran, diperlukan pengetahuan tentang aspek kejiwaan siswa dimana guru selaku fasilitator seyogyanya mengerti dan lebih lebih memahami kakteristik masing masing siswa

Berangkat dari fenomena diatas lahirlah beberapa teori belajar berdasarkan analisis antara fakta yang satu dengan fakta yang lain yang mana dengan teori tersebut dimaksudkan dapat mewujudkan tujuan suatu pembelajaran yaitu perubahan perilaku

Teori behavioristik merupakan salah satu dari beberapa teori yang menitik beratkan pada perubahan perilaku siswa. Selanjutnya bagaimana aplikasi dan penerapan teori ini akan dipaparkan didalam makalah ini Baca entri selengkapnya »

Sejarah Ibadah haji

Posted: Juni 3, 2011 in Uncategorized

Ibadah haji adalah upacara keagamaan masa lalu, yang dilaksanakan di Arabiyah jauh sebelum Islam. Namun, pada masa jahiliyah, haji adalah ritual ekonomi dan bisnis dengan menghapus symbol-simbol agama tertentu yang penting. Pelemparan batu atau jumrah, lari-lari kecil mengelilingi Ka’bah, lari-lari kecil diantara bukit shofa dan marwah, dan bahkan pengorbanan binatang, semuanya adalah tradisi sebelum Islam. Tetapi semua hal ini telah menjadi tradisi, bukan ibadah. Kesemuaannya hanya secara suram mengenang arti penting Islam yang sesungguhnya. Hanya ketika nabi Muhammad SAW menegakkan kembali hubungan ibadah haji dengan Islam, maka ibadah haji tersebut mendapatkan arti penting religiusnya.

Sebelum tampilnya Muhammad dan selama kegiatan-kegiatannya sampai ia menaklukkan kota kelahirannya, haji menduduki tempat penting dalam kehidupan orang-orang Makkah dan semua suku Arab yang mempunyai suatu hubungan dengan mereka. Dalam hal itu perdagangan lebih menonjol dari pada kebutuhan akan keagamaan. Suku-suku Badui tidak melakukan perjalanan berhari-hari untuk menyelenggarakan pertemuan keagamaan atau mencongklang mengelilingi Ka’bah. Kebutuhan keagamaan mereka cepat terpenuhi dan upacara-upacara. Makkah itu tidak mempunyai sesuatu yang dapat membangkitkan gerak hati itu kecuali, batu sesajen, makanan cuma-cuma dari daging unta dan daging sapi. Perjanjian-perjanjian dibuat, pesta-pesta dirayakan, mungkin juga banyak dosa telah ditebus dengan korban yang dimakan oleh tamu-tamu yang diundang atau oleh orang-orang Makkah yang miskin dan peziarah-peziarah.[1]

Melalui haji dan semua ritualnya, jama’ah haji menegaskan dua hal yang sangat penting. Pertama, mereka memperbaharui perjanjian mereka dengan Allah melalui talbiyah, jawaban atas panggilan Allah sebagai mana mereka semua menangis dalam satu suara, “labbayka Allahumma labbayk, labbayka la syarika laka labbayk.” Mereka juga menghubungkan peristiwa sejarah saat ini dengan sejarah masa nabi, karena melalui haji kita menapaki pengalaman bapak kita, Ibrahim a.s. Setiap aktivitas haji melambangkan aktivitas Nabi Ibrahim. Pengorbanan putranya dilambangkan dengan pengorbanan hewan pada akhir rangkaian haji. Keraguan dan ketidakpastiannya dilambangkan dengan melempar kerikil, sebagai mana ia mengusir setan dan bisikan keraguannya atas ketaatan kepada perintah Allah untuk mengorbankan putranya.

Penderitaan yang ditemui Nabi Ismail dan ibunya Hajar, dilambangkan dengan berlari-lari diantara dua bukit Shafa dan Marwah. Menurut  Al-Qur’an, ketika Ibrahim a.s meninggalkan keluarganya di keheningan ka’bah ia berdoa, “Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan keturunanku di satu lembah yang gersang di sisi rumah-Mu yang suci. Tuhan kami, agar mereka rezeki berupa buah-buahan agar mereka bersyukur” (14:37). Sejarah menunjukkan kepada kita bahwa Hajar kemudian berlari mencari air. Dengan panik ia berlari di antara dua bukit untuk mencari air, sementara putranya lemas kehausan. Kemudian Allah memunculkan sumur zam-zam yang memancar, dan keduanya, sang ibu dan anaknya itu selamat.[2]

Ø  Sejarah Thowaf

Nabi Ibrahim dan nabi-nabi yang lebih tua telah melakukan perbuatan bereliling Ka’bah. Bahkan nabi Adam pun sudah melakukan upacara itu.Sedangkan alasan-alasan yang menyebabkan dibangunnya Ka’bah oleh Adam menurut kisah-kisah Ibn Abbas dan Wahb Munabbih isi pokokoknya ialah, bahwa Tuhan merasa kasihan terhadap dia karena kesepiannya dan untuk menghiburnya maka Allah memerintahkan membuat rumah (Ka’bah). Kalau kita lebih lanjut bertanya tentang alaan Adam mengelilingi rumah (Ka’bah) itu, maka para pembuat kisah menunujuk pada para Malaikat yang mengelilingi tahta Tuhan dengan cara yang sama. Adapun pra Malaikat tidak perlu memberi  penjelasan kepada kita tentang arti upacara-upacara mereka.[3]

  • Sejarah Melempar Jumrah

Sadarilah bahwa tujuan melempar jumrah semata-mata karena taat pada perintah Allah dan Rasul-Nya serta hendaknya kita merasionalisasikannya. Kemudian, sadari pula bahwa tujuan dari pelemparan jumrah semata-mata karena meniru apa yang dilakukan Nabi Ibrahim a.s. saat itu iblis menghadangnya di tempat-tempat yang sekarang dijadikan tempat melempar jumrah. Sehingga dengan melempar jumrah ini pelaksanaan  haji kita menyerupai dengan pelaksanaan haji Nabi Ibrahim a.s. Atau menyerupai sikapnya yang selalu patuh menjalankan perintah Allah dimana beliau ketika dihadang oleh iblis disuruhnya agar iblis dilempar dengan batu agar dia menjauh dan agar ambisinya dapat dienyahkan. Oleh karena itu lakukanlah melempar jumrah seolah-olah syetan telah melakukan indakan yang sama kepada kita seperti yang dilakukan iblis kepada Nabi Ibrahim.[4] Baca entri selengkapnya »

Menyikapi Bencana

Posted: Mei 26, 2011 in Uncategorized

Menyikapi Bencana

Sebagai hamba Allah, dalam kehidupan di dunia ini, manusia tidak akan luput dari berbagai ujian atau cobaan. Ini terbukti dengan banyaknya berita di televisi mengenai bencana Alam yang terjadi di berbagai belahan dunia, bahkan Tidak hanya sekali dua kali bencana terjadi di negeri ini. Mulai dari banjir bandang, semburan lumpur, tanah longsor, gunung meletus, gempa bumi, sampai tsunami. Semuanya silih berganti melanda negeri ini.

Mengapa bencana demi bencana senantiasa melanda? Para ilmuwan barangkali memiliki alasan-alasan ilmiah yang bisa menjelaskan rawannya negeri kita akan bencana. Namun apapun itu, kita harus percaya bahwa semua bencana tersebut tidak terlepas dari kehendak Allah Subhanahu wa Ta’ala. Hanya dengan izin Allah sajalah semua bisa terjadi.

Adapun kiat-kiat untuk menyikapi terjadinya berbagai macam bencana, sebagai berikut:

1.   Janganlah sekali-kali kita berburuk sangka kepada Allah.

Al-Qur’an dengan tegas menjelasakan bahwa sebab utama terjadinya semua peristiwa di atas bumi ini, apakah gempa bumi, banjir, kekeringan, tsunami, penyakit tha’un (mewabah) dan sebagainya adalah disebabkan ulah manusia itu sendiri, baik yang terkait dengan pelanggaran sisitem Allah yang berlaku di permukaan bumi ini, maupun yang terkait dengan sistem nilai dan keimanan yang telah Allah tetapkan bagi hamba-NYA.

Semua pelanggaran tersebut (pelanggaran sunnatullah di alam semesta dan pelanggaran syariat Allah), akan mengakibatkan kemurkaan Allah. Kemurkaan Allah tersebut direalisasikan dengan berbagai peristiwa seperti gempa bumi, tsunami dan seterusnya. Semakin besar pelanggaran manusia atas sistem dan syariat Allah, semakin besar pula peristiwa alam yang Allah timpakan pada mereka

Janganlah kita berburuk sangka kepada Allah,Kita harus yakin bahwa Allah tidak  akan sekali-kali berbuat zhalim kepada hamba-hamba-Nya. Allah berfirman dalam surat ar-ra’du

وَمَا كَانَ رَبُّكَ لِيُهْلِكَ الْقُرَى بِظُلْمٍ وَأَهْلُهَا مُصْلِحُونَ ﴿١١٧﴾

117. Dan Tuhanmu sekali-kali tidak akan membinasakan negeri-negeri secara zalim, sedang penduduknya orang-orang yang berbuat kebaikan.

Kalaupun itu terjadi, maka setiap yang Allah kehendaki pasti penuh dengan hikmah dan kebijaksanaan.  Apalagi terhadap hamba-hamba-Nya yang mukmin, Allah pasti selalu memberikan yang terbaik, meski seringkali hal tersebut dianggap tidak menyenangkan. Firman Allah:

وَعَسَى أَن تَكْرَهُواْ شَيْئاً وَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ وَعَسَى أَن تُحِبُّواْ شَيْئاً وَهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ وَاللّهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لاَ تَعْلَمُونَ ﴿٢١٦﴾

 ”Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak Mengetahui. (QS Al-Baqarah: 216)

Jadi kita harus tetap berprasangka baik kepada Allah SWT. Yakinlah bahwa Allah tetap menyayangi kita, walaupun kita berada di tengah-tengah keterpurukan hidup dunia ini. Yakinlah bahwa Allah akan memuliakan hamba-Nya yang ikhlas dan tawadlu’ dalam menghadapi segala ujian / cobaan yang diberikan. Baca entri selengkapnya »

HADITS DHO’IF

Posted: Mei 24, 2011 in Uncategorized

HADITS DHO’IF

A.DEFINISI

Hadits dhoif, menurut bahasa berarti hadits yang lemah, yakni para ulama memiliki dugaan yang lemah tentang benarnya hadits itu berasal dari Rasululllah

Para Ulama memberi batasan bagi hadits dho”if:

الحديث الضغيف هو الحديث الذى لم يجمع صفات الحديث الصحيص

ولا صفات الحديث الحسن

KRITERIA HADITS DHOIF

Kriteria hadits dho’if yaitu hadits yang kehilangan salah satu syaratnya sebagai hadits shohih dan hasan. Dengan demikian, hadits dho’if bukan saja tidak memenuhi syarat-syarat hadis shohih, juga tidak memenuhi persyaratan hadits hasan. Pada hadits dho’if terdapat hal-hal yang menyebabkan lebih besarnya dugaan untuk menetapkan hadits tersebut bukan berasal dari rasulullah SAW.

Kehati-hatian dari para ahli hadits dalam menerima hadits sehingga mereka menjadikan tidak adanya petunjuk keaslian hadits itu sebagai alasan yang cukup untuk menolak hadits dan menghkuminya sebagai hadits dho’if.

Padahal tidak adanya petunjuk atas keaslihan hadits itu bukan suatu bukti yang pasti atas adanya kesalahan yang dilakukan dalam meriwayatkan suatu hadits,padahal sebenarnya ia jujur dan dapat dipercaya.

Hal ini tidak memastikan bahwa rawi itu salah pula dalam meriwayatkan hadits yang dimaksud, bahkan mungkin ia benar. Akan tetapi, karena ada kekawatiran yang cukup kuat terhadap kemungkinan terjadinya kesalahan dalam periwayatan haidts yang dimaksud,maka mereka menetapkan untuk menolaknya.

Demikian pula kedho’ifan suatu hadits karena tidak bersambungnya sanad. Haditsyang demikian dihukumi dho’if karena identitas Rawi tidak tercantum yang tidak tercantum itu tidak diketahui sehingga boleh jadi ia adalah  rawi yang tsiqot dan boleh jadi ia adalah rawi yang dho’if. Seandainya ia rawi yang dho’if, maka boleh jadi ia melakukan kesalahan dalam meriwayatkannya. Dari suatu kemungkian itu sebagai suatu pertimbangan dan menganggapnya sebagai penghalang dapat diterimanya suatu hadits. Halini merupakan puncak kehati-hatian yang sistematis kritis dan ilmiah Baca entri selengkapnya »

             TASAWUF IRFANI & ROBI’ATUL ADAWIYAH

  1. Tasawuf Irfani
    1. Hakikat Irfani

Secara etimologis, kata Irfan merupakan kata jadian (mashdar) dari kata ‘arafa’ (mengenal/pengenalan). Adapun secara terminologis, ‘irfan diindentikkan dengan ma’rifat sufistik. Ahli irfan adalah orang yang berma’rifat kepada Allah.Irfan diperoleh seseorang melalui jalan al-idrak al- mubasyir al wujudani (penagkapan langsung secara emosional), bukan penangkapan secara rasional.[1]

 Sebagai sebuah ilmu, irfan memiliki dua aspek, yakni aspek praktis dan aspek teoritis. Aspek praktisnya adalah bagian yang menjelaskan hubungan dan pertanggung jawaban manusia terhadap dirinya, dunia, dan Tuhan. Sebagai ilmu praktis, bagian ini menyerupai etika. Bagian praktis ini disebut sayr wa suluk (perjalanan rohani). Bagian ini menjelaskan bagaimana seseorang penempuh rohani (salik) yang ingin mencapai tujan puncak kemanusiaan, yakni tauhid, harus mengawali perjalanan, menempuh tahapan-tahapan (maqam) perjalanannya secara berurutan, dankeadaan jiwa (hal) yang bakal dialaminya sepanjang perjalanannya tersebut.

Sementara itu, ‘irfan teoritis memfokuskan perhatiannya pada masalah wujud (ontologi), mendiskusikan manusia, Tuhan serta alam semesta. Dengan sendirinya, bagian ini menyerupai teosofi (falsafah ilahi) yang juga memberikan penjelasan tentang wujud. Seperti halnya filsafat, bagian ini mendefinisikan berbagai prinsip dan problemanya. Namun,  jika filsafat hanya mendasarkan argumennya pada prinsip-prinsip rasional, ‘irfan mendasarkan diri pada ketersibukan mistik yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa rasional untuk menjelaskannya.[2]

  1. Tokoh-tokoh Tasawuf Irfani
    1. Rabi’atul Adawiyah (95-185 H)
      1. Biografi Singkat

                       Nama lengkap Rabi’ah adalah Rabi’ah binti Ismail Al Adawiyah AL Bashriyah Al Qaisiyah. Ia diperkirakan lahir pada tahun 95 H/ 713 M atau 99 H/ 717 M di suatu perkampungan dekat kota Bashrah (Irak) dan wafat di kota itu pada tahun 185 H/ 805 M. Ia dilahirkan sebagai putri keempat, orang tuanya menamakan Rabi’ah. Kedua orang tuanya meninggal ketika dia masih kecil. Konon, pada saat terjadinya bencana perang di Bashrah, ia dilarikan penjahat dan dijual kepada keluarga Atik dari suku Qais Banu Adwah. Dari sini, ia dikenal dengan Al-Qaisyah atau Al-Adawiyah. Pada keluarga ini pulalah, ia bekerja keras tetapi akhirnya dibebaskan lantaran tuannya melihat cahaya yang memancar di atas kepala Rabi’ah dan menerangi seluruh ruangan rumah pada saat ia sedang beribadah. Baca entri selengkapnya »

MUHAMMAD SEBAGAI SUAMI DAN  SEBAGAI NABI

Sangat sulit sekali untuk memisahkan sisi pribadi Muhammad saw  sebagai seorang laki-laki dan seorang suami dengan sisi Muhammad saw sebagai seorang Nabi dan Rasul. Hal itu berbeda sekali dengan kehidupan para nabi lain yang juga memikul amanat kerasulan walaupun mereka adalah juga manusia biasa. Perbedaan tersebut timbul karena risalah suci yang dibawa Nabi Muhammad saw menekankan suatu kepastian bahwa Muhammad adalah seorang manusia biasa. Penekanan ini tidak kita temukan dalam agama-agama lain  yang acap kali mengemukakan sifat-sifat tak manusiawi dari para Rasulnya, seperti Nabi Isa a.s. yang dilahirkan oleh ibunya Maryam tanpa keberadaan seorang ayah.

Kerasulan Muhammad saw juga tidak menghapuskan dari hati beliau sifat kasih Sayang sebagai manusia biasa atau menghilangkan perasaan batinnya. Muhammad juga tidak Ma’sum kecuali dengan sifat-sifat yang berhubungan dengan kenabian seperti beliau bersifat Shiddiq(Benar), Amanah (Jujur), Dan sebagainya. Dalam hal ini Muhammad adalah sebagaimana diterangkan oleh Allah swt dalam firmanNya:

Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang manusia seperti kalian.”

(QS 18:110;41:6).

Nabi Muhammad saw senantiasa merasa tenang hidup berdampingan dengan istri-istrinya dan beliau juga selalu berhubungan dengan anak-anaknya. Muhammad saw mengalami hal-hal biasa yang juga dirasakan oleh manusia lain, seperti cinta dan benci, simpati dan antipasti, takut dan harap, juga rasa rindu dan kangen. Beliau juga sebagaimana manusia lain sering mengalami rasa letih, juga mengalami kesedihan. Beliau menjadi anak yatim, mengalami rasa sakit, dan akhirnya wafat. Tentang hal ini Allah swt berfirman:

Muhammad tidak lain adalah hanyalah seorang rasul, telah berlalu sebelumnya beberapa rasul. Lalu apakah jika dia wafat atau terbunuh kalian akan berpaling ke belakang (Murtad) (QS 3:144) Baca entri selengkapnya »

Allah

هوالله

Lafal Allah berasal dari kata ilah yang merupakan kata jenis yang diberikan untuk semua sembahan, baik yang benar mauun yang batil, tetapi kemudian hanya diperuntukkan kepada sesembahan yang benar (yang merupakan kata jenis yang diberikan untuk semua sembahan, baik yang benar maupun yang batil, tetapi kemudian hanya diperuntukkan kepada sesembahan yang benar (haq) saja. Adapun Allah adalah kata nama yang tertentu bagi sesembahan yang haq, dan tidak diberikan kepada yang lain. Ia merupakan kata jadian yang berasal dari kata ialaahah, atau uluhah, atau uluhiyyah, yang semuanya berarti “ibadah”, hanya saja disini kata itu diartikan sebagai ma’bud (yang disembah).

Adapun pendapat yag mengatakan bahwa jalaalah ini berasal dari kata alaha yang berarti tahayyana (binggung), sebab Allah SWT membikinkan akal dan pemahaman menjadi binggung memikirkan keadaan-Nya. Baca entri selengkapnya »